Pesona Pantai Nampu Wonogiri

Pesona Pantai Nampu Wonogiri
Pesona Pantai Nampu Wonogiri

ASAL - USUL NAMA WONOGIRI

Istilah Wonogiri sering diterjemahkan menurut bahasa Jawa. Wonogiri terangkai dari kata Wono yang berarti hutan dan Giri berarti gunung. Menurut legenda, di daerah ini terdapat bukit yang kelak diberi nama Gunung Giri. Di puncak bukit itu terdapat batu berpermukaan datar. Konon, ketika menyebarkan agama Islam pada abad ke-15, Sunan Giri pernah beristirahat dan melakukan sholat di atas batu tersebut. Beliau bersabda kepada masyarakat, kelak kalau daerah ini berkembang maka dinamakan WONOGIRI. Wonogiri maksudnya hutan yang bergunung-gunung atau gunung yang berhutan lebat.

Pada abad ke-15 Sunan Giri dan Sunan Kalijaga keluar-masuk desa dan hutan di Wonogiri untuk mengajarkan agama Islam. Mereka menggunakan media kesenian seperti wayang kulit, karawitan, tari Srandul, tari Badhut, dan lainnya yang bernafaskan Islami. Sampai sekarang petilasan Sunan Giri masih ada dan dikeramatkan oleh penduduk setempat. Pemerintah Kabupaten Wonogiri menyatakan Gunung Giri sebagai objek wisata ziarah yang dapat dikunjungi wisatawan. Banyak pengunjung dari luar Wonogiri yang “nyepi” di tempat ini tiap malam Selasa atau Jumat Kliwon. Petilasan ini pernah dibangun kembali oleh keluarga Soemoharmoyo (mantan Bupati Wonogiri tahun 1973 – 1982). Pembangunannya selesai pada tanggal 8 Oktober 1982.

Pada abad ke-15 Wonogiri masih berupa hutan lebat dan dihuni berbagai jenis binatang liar. Raden Panji utusan Sultan Demak pernah berburu rusa di Alas Kethu. Sang Kyai yang bertugas di Gunung Lawu Selatan memberikan anak rusa dan memasukkannya ke dalam bumbung yang disumbat. Sang Kyai berpesan jangan sekali-kali membukanya sebelum sampai di Keraton Demak. Ketika beristirahat di hutan, bumbung dibuka oleh Raden Panji dan anak rusa itu lepas. Raden Panji mengejarnya hingga kethu (kopiah) yang dipakai lepas dari kepala.

Sang Kyai tanggap dengan perbuatan melanggar itu, lalu melacak perjalanan Raden Panji dan menemukan kethu. Beliau berucap bahwa hutan itu dinamakan Alas Kethu. Setelah bertemu Raden Panji, Sang Kyai marah dan mengutuknya menjadi rusa wulung dengan nama Kyai Panji Wulung. Dia bertugas sebagai pemimpin semua rusa di Alas Kethu. (Agus)

PETA KAWASAN KARS WONOGIRI

PETA KAWASAN KARS WONOGIRI

KAWASAN KARS WARISAN DUNIA

Berdasarkan hasil kegiatan Zonasi Kawasan Karst, Kabupaten Wonogiri memiliki wilayah karst seluas 338,74 km2 atau 18,6 % dari luas Kabupaten Wonogiri, yang tersebar di 5 (lima) Kecamatan, yaitu Pracimantoro, Eromoko, Giritontro, Giriwoyo dan Paranggupito. Kawasan Karst Wonogiri merupakan bagian dari Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang membentang di tiga kabupaten, yaitu Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan.

Kawasan Karst Kabupaten Wonogiri terdiri dari Kawasan Karst berkembang baik seluas 239,77 km2 atau 13,2 % dari luas Kabupaten Wonogiri dan Kawasan Berkembang Sedang seluas 98,97 km2 atau 5,4 % dari luas Kabupaten Wonogiri. Selain itu juga terdapat batuan kapur non karst.

Kawasan Karst berkembang baik menempati lokasi di 5 (lima) kecamatan, yaitu seluruh wilayah Kecamatan Paranggupito, sebagian wilayah Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo dan Eromoko. Sedangkan Kawasan Karst berkembang sedang menempati lokasi di sebagian wilayah Kecamatan Eromoko, Pracimantoro, Giritontro dan Giriwoyo. Sehingga secara keseluruhan Kawasan Karst menempati bagian selatan wilayah Kabupaten Wonogiri.

Secara fisik, Kawasan Karst dapat dilihat berdasarkan ciri bentukan alam berupa barisan perbukitan berbentuk kerucut (yang mencapai ribuan), terdapat lembah diantara perbukitan, gua, luweng (gua vertikal), telaga dan dibeberapa tempat muncul aliran sungai bawah tanah.

Kawasan Karst merupakan salah satu sisi penting yang mewakili keanekaragaman bumi (geodiversity) karena wilayah tersebut memiliki kandungan unsur hayati dan nirhayati yang bernilai tinggi. Karena begitu besarnya arti Kawasan Karst, maka pada acara Asia Fasific Forum on Karst Ecosystem and Word Heritage tahun 2001, Karst Gunung Sewu sebagai salah satu nominator World Heritage (warisan dunia).

Nampaknya penyebutan warisan dunia tidak terlalu berlebihan, karena kalau kita menyaksikan bentang alam karst di sepanjang jalan menuju Kecamatan Paranggupito, dan di sebagian wilayah Kecamatan Pracimantoro yang berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, dapat kita saksikan perbukitan dengan susunan batuan yang menyerupai batu karang, seolah-olah memberi gambaran daerah tersebut dulunya merupakan lautan dan karena proses alam yang berlangsung ribuan tahun menjadikan kondisi seperti yang kita lihat sekarang.

Selain itu terdapat pula sebuah fenomena alam yang sangat fantanstik, yaitu sebuah lembah kering raksasa yang memanjang dari arah Giritontro menuju ke Pantai Sadeng yang merupakan bekas aliran Bengawan Solo menuju ke pantai selatan. Ditemukannya beberapa artefak makluk purba, menunjukkan bahwa Kawasan Karst Gunung Sewu dulunya merupakan habitat bagi makluk hidup. Fenomena-fenomena tersebut hanya merupakan contoh dari banyak fenomena alam yang terdapat di Kawasan Karst.

Akankah fenomena tersebut hanya akan menjadi tulisan-tulisan yang begitu indah di tangan penulis buku-buku geologi dan geografi, sementara masyarakat tidak tahu atau tidak mau tahu bagaimana cara mengoptimalkan potensi tersebut, atau bahkan tidak tahu sama sekali bahwa mereka sebenarnya punya potensi, sehingga kondisi serba marginal yang sering dihadapi oleh masyarakat di Kawasan Karst dianggap seolah-olah sebagai takdir dan sulit untuk diubah.

Berkaca dari kondisi tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Wonogiri menyadari bahwa potensi karst itu harus dikelola, sehingga tidak hanya menjadi monumen alam yang lama-kelamaan rusak dimakan usia, tanpa ada kemanfaatan yang bisa dirasakan masyarakat, tetapi harus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Keselarasan fungsi ekonomis dengan fungsi ekosistemnya harus tetap terjaga, artinya dalam memanfaatkan potensi karst untuk kepentingan ekonomi, harus tetap memperhatikan karakteristik ekosistem karst, sehingga pemanfaatan tidak mengakibatkan menurunnya fungsi ekosistem.

Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Wonogiri dengan segala kemampuan yang ada, dengan dijiwai semangat ”BANDUNG BONDOWOSO” bertekad untuk menyulap kawasan yang selama ini terkenal lekat dengan berbagai permasalahan (kemiskinan, tandus, kurang air) menjadi kawasan yang mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang hidup di atasnya. (AGUS)

KAWASAN KARS

KAWASAN KARS

KAWASAN KARST DITINJAU TIM UNESCO

WONOGIRI – Kawasan karst di wilayah Jawa bagian selatan berpotensi besar menjadi taman wisata dan penelitian geologi atau Geopark. Tim dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau badan pendidikan dan ilmu pengetahuan PBB juga sudah meninjau kawasan bentang karst Pegunungan Seribu di wilayah Wonogiri selatan pekan lalu. Mereka juga meninjau wilayah Sungai Bengawan Solo purba, Museum Karst dan budaya masyarakat setempat.

“Pada Rabu [21/11/2012] dan Kamis [22/11/2012], ada satu orang warga negara Perancis dari UNESCO yang menilai lokasi di sekitar kawasan karst. Penilaian itu merupakan tahap pertama untuk lokasi yang kami usulkan untuk kawasan Geopark,” kata Kepala Dinas Pengairan Energi dan Sumber Daya Mineral (PESDM) Wonogiri, Arso Utoro. Ia menambahkan penilaian tidak sekadar keunikkan di kawasan karst tetapi unsur budaya masyarakat yang ada di sekitarnya. Menurutnya, penilaian ini masih dalam tahap untuk membuat proposal ke UNESCO bahwa Pegunungan Seribu bisa diusulkan menjadi Geopark dunia. Bentang kawasan tersebut mulai Pacitan, Wonogiri dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Pemkab Pacitan, lanjut dia, mengusulkan Pantai Klayar dan beberapa gua. Sementara, untuk DIY mengusulkan Gua Pindul. Sedangkan Pemkab Wonogiri mengusulkan Sungai Bengawan Solo Purba, Museum Kars dan budaya masyarakat. Penelusuran sungai purba dimulai dari wilayah Sinung di Kecamatan Pracimantoro hingga ke arah Sadeng di Gunung Kidul, DIY.

Kabid Pertambangan, Patrem Joko Priyono, yang menemati perwakilan tim UNESCO saat itu menambahkan budaya masyarakat yang dinilai yakni di Dusun Tileng, Desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro. Dusun itu berada di tengah-tengah aliran sungai purba. “Di dusun ini ada seni budaya berupa reog dan jathilan, wayang kulit serta gamelan,” ujarnya, Selasa.

Arso menyatakan jika telah ditetapkan menjadi kawasan Geopark, maka tindak lanjutnya berada di Kementerian Pariwisata. “Kami berharap usulan ini bisa disetujui menjadi kawasan Geopark. Sehingga bisa mengundang wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri. Proposal yang akan dibuat bersama dengan dua kabupaten lainnya diajukan pada 2013,” imbuh Arso.

Rabu, 28 November 2012 15:22 WIB | Ayu Abriyani KP/JIBI/SOLOPOS | Dilihat: 330 Kali

LORONG GUA WONOGIRI

LORONG GUA WONOGIRI

Sabtu, 04 April 2015


KEKAYAAN ALAM WONOGIRI



Wonogiri adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang kaya dengan pegunungan kapur. Salah satu cirinya yaitu banyak terdapat bukit-bukit kapur, gua-gua, telaga-telaga, dan luweng. Keadaan ini banyak ditemui di  Wonogiri Selatan yang menjadi Kawasan Pegunungan Seribu. Di sana pada tahun 2008 telah berdiri MUSEUM KARS INDONESIA yang berada di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Museum dibawah pembinaan Pusat Geologi Bandung ini banyak dikunjungi pelajar, mahasiswa, dan wisatawan untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan pariwisata. Untuk mendukung tujuan tersebut, kami mencoba mendirikan Biro Wisata Kars bernama PANDAWA Tours, guna membantu kalangan masyarakat yang hendak berkunjung ke kawasan kars Wonogiri. Kami dapat membantu urusan pemandu wisata/narasumber, catering, penginapan, dan transportasi. Informasi lebih lanjut hubungi kami: AGUS SUMARNO, HP: 081329099073 atau email: aguspraci@yahoo.co.id.

Berdasarkan penelitian dari ahli Geologi, di Wonogiri pernah ditemukan adanya indikasi  tambang emas, mangaan, kalsit, pasir kuarsa, gypsum, tembaga, dan bahan baku semen. Eksploitasi bahan baku semen di Wonogiri sebenarnya  sangat menjanjikan keuntungan besar, namun hingga kini belum ada investor yang menyatakan kesediaannya.  Apalagi dengan mulai dibangunnya jalur lintas selatan yang menghubungkan Jawa Timur dengan Jawa Barat dan melewati Wonogiri selatan, tentunya masalah transportasi  segera  dapat diatasi.


Dari Survei Departemen Pertambangan diketahui bahwa di Kecamatan Pracimantoro terdapat lahan galian batu kalsit seluas 1.000 hektar.  Di Kecamatan Batuwarno terdapat tambang pasir besi (kuarsa) seluas 10 hektar.  Bahkan di Batuwarno juga ditemukan  kawasan batuan kapur yang mengandung gypsum pada areal seluas 10 hektar.  Kandungan gypsum juga terdapat di Kecamatan Eromoko pada beberapa hektar lahan penduduk.


Berdasarkan eksplorasi yang dilakukan oleh Departemen Pertambangan, potensi tambang emas yang ada di Kabupaten Wonogiri terletak di Desa Keloran dan Desa Jendi Kecamatan Selogiri.  Kawasan ini memiliki  potensi bijih emas dan kandungan mineral lain sekitar 20,7 ton. Bijih emas berkadar 10-15 gram/ton atau terdapat kandungan 194,423 ton emas.


7 OBJEK WISATA PALING MENAKJUBKAN DI WONOGIRI

1. WADUK GAJAHMUNGKUR

2. GROJOGAN SETREN GIRIMANIK

3. MUSEUM KARS PRACIMANTORO

4. PANTAI NAMPU

5. PANTAI SEMBUKAN

6. KAHYANGAN TIRTOMOYO

7. SENDANG SIWANI

SEJARAH WONOGIRI

SEJARAH WONOGIRI

CERITA RAKYAT WONOGIRI

Kabupaten Wonogiri yang dahulu disebut bagian daerah Lawu Selatan memiliki banyak cerita rakyat dan sejarah lokal yang sangat unik dan khas. Wonogiri yang kondisi geografisnya berbukit-bukit itu memiliki keistimewaan yang lebih dibanding dengan daerah lainnya. Kabupaten yang berada di wilayah paling selatan Provinsi Jawa Tengah ini memiliki potensi secara ekonomi, kultural, dan politik.

Seperti halnya dalam cerita pewayangan, tiap lembah dan puncak gunung banyak bermukim para pertapa dan kyai. Pada abad ke-15 Masehi, daerah Wonogiri masih merupakan hutan lebat dan dihuni beraneka binatang liar. Raden Panji dari Kerajaan Demak yang gemar berburu rusa sempat berkelana sampai di Alas Kethu dan bertemu dengan seorang pertapa sakti bernama Ki Kesdik Wacana.

Berdasarkan catatan sejarah, dahulu daerah Wonogiri sering dikunjungi para pangeran dari berbagai kerajaan di pulau Jawa, baik dari Yogyakarta, Surakarta, dan Kerajaan Demak. Sultan Agung pernah beberapa bulan bertapa di Dlepih Khayangan Tirtomoyo. Di Slogohimo juga terdapat bukit pertapaan bernama Girimanik dengan panorama grojogan air yang indah. Selain itu seorang pangeran dari Keraton Yogyakarta ketika hendak menuntut ilmu ke Pacitan sempat beristirahat di Manyaran hingga muncullah cerita Umbul Nogo.

Pada abad ke-17 Masehi Raden Mas Said dari Keraton Mangkunegaran pernah mengembara ke desa Ngadirojo hingga memperoleh selir bernama Nyi Mata Hati. Pangeran berjuluk Pangeran Sambernyowo itu pernah menjadikan daerah Selogiri sebagai basis pertempuran melawan Belanda. Monumen Batu Gilang dan Sendang Siwani merupakan bukti adanya peristiwa bersejarah yang selalu dikenang oleh masyarakat Wonogiri.

Daerah Wonogiri yang berada di kawasan pegunungan seribu banyak terdapat bukit-bukit kapur yang bergoa. Sejumlah goa yang melahirkan cerita rakyat di antaranya Goa Putri Kencana (Pracimantoro), Goa Tabuhan (Giritontro), Goa Song Putri (Eromoko), Goa Resi (Bulukerto), dan Goa Maria (Giriwoyo).

Sunan Giri dan Sunan Kalijaga dari Kerajaan Demak dalam menyebarluaskan agama Islam pernah beristirahat dan melakukan shalat di atas bukit batu bernama Gunung Giri. Sunan Giri bersabda kepada masyarakat, kelak kalau daerah ini berkembang dinamakan Wonogiri. Wono berarti hutan dan Giri berarti gunung. Jadi, Wonogiri berarti hutan yang bergunung-gunung atau gunung yang berhutan lebat (Siswojo,1998: 43).

Cerita rakyat dan sejarah lokal Wonogiri seperti di atas perlu diketahui oleh generasi muda yang menjadi pewaris perjuangan bangsa. Banyak nilai kultural dan nilai edukatif yang dapat diteladani dari cerita rakyat tersebut. Sayangnya, selama ini kekayaan budaya lokal sering dilupakan oleh generasi muda. (AGUS)

GUA TEMBUS DI PRACIMANTORO

GUA TEMBUS DI PRACIMANTORO

KEKAYAAN GUA-GUA

Di kawasan Pegunungan Seribu ini terdapat berpuluh-puluh gua. Gua-gua itu terbentuk karena adanya proses evolusi bumi dan pukulan arus air yang terus-menerus sepanjang tahun. Tak aneh jika di kawasan karst terdapat banyak aliran sungai, di antaranya masuk ke gua-gua menjadi sungai bawah tanah. Tak banyak orang yang tahu bahwa sungai legendaris Bengawan Solo - yang terpanjang di pulau Jawa - ternyata mata airnya berasal dari kawasan Pegunungan Seribu di wilayah Wonogiri Selatan.

Keberadaan gua-gua itu menyimpan kisah perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman kerajaan. Selanjutnya cerita itu berkembang di masyarakat dan menjadi sumber sejarah. Cerita rakyat ini sangat menarik untuk selalu digali sebagai bahan pendidikan dan penanaman nilai-nilai positif bagi generasi penerus.

Pada abad ke-17 Pangeran Juntarso – seorang putra Paku Buwono V – pernah jatuh cinta kepada Nyi Sulastri, tledhek dari Ngadirojo. Padahal tiga putri keraton Kasunanan Surakarta - Raden Ayu Nawangsari, Nawangsih, dan Nawang Wulan - juga menaksir Pangeran Juntarso. Karena merasa tidak kesampaian keinginannya, ketiga putri itu kabur dari keraton dan pergi entah ke mana.

Gusti Rio alias Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan Pangeran Sambernyawa mendapat tugas dari raja untuk mencari ketiga putri keraton itu. Dalam pengembaraannya sampailah dia di gua-gua yang berada di Mudal, Gebangharjo. Di gua-gua itulah beliau bertapa dan mengolah ilmu kebatinan. Setelah mengalami berbagai godaan dan rintangan, Gusti Rio bersabda dan jadilah nama-nama Gua Tembus, Gua Mrica, Gua Sodong, Gua Potro, Gua Sapen, Gua Sonya Ruri, dan Gua Gilap.

MUSEUM KARS INDONESIA

MUSEUM KARS INDONESIA

KAWASAN KARS PRACIMANTORO

Kawasan kars adalah daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air di permukaan tanah selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah. Permukaan tanah biasanya selalu gundul karena kurangnya kehidupan tumbuh-tumbuhan atau tanaman (vegetasi). Air yang merembes ke dalam rongga-rongga tanah membentuk stalaktit dan stalakmit di dalam lorong-lorong gua. Bahkan tak sedikit air mengalir menuju ke dalam gua dan membentuk aliran sungai bawah tanah.

Batuan kapur berasal dari sisa-sisa rumah binatang kerang yang hidup di laut. Pada jutaan tahun yang lampau, daratan yang berbatu kapur telah mengalami pengangkatan dari dasar laut. Pada zaman es tersebut bentuk permukaan bumi mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh tenaga endogen (dari dalam bumi) dan tenaga eksogen (dari luar bumi). Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada zaman Neosen, sekitar 20 juta tahun yang lampau.

Ketika air hujan melarutkan karbon dioksida dari udara maka akan terbentuk asam karbonat yang menyerang batu kapur. Asam itu mengukir permukaan membentuk selokan dan membentuk rongga di mana arus mengalir melalui batu kapur di bawah tanah. Proses itu memerlukan waktu ribuan tahun. Air yang merembes melalui batu kapur mengandung kalsium karbonat yang terlarut di dalamnya. Pada saat air menetes dari atap suatu rongga, kalsium karbonat mengendap dan membentuk batuan stalaktit yang tergantung menyerupai es di atas atap dan stalakmit yang berdiri seperti puncak menara kecil di bawahnya.

Kawasan karst di Wonogiri selatan terdapat di Kecamatan Pracimantoro, Eromoko, Paranggupito, Giritontro, dan Giriwoyo. Kawasan ini berciri khas banyak memiliki gua-gua berstalaktit dan stalakmit dengan nilai alami yang menarik. Di antaranya Gua Ngantap di Bayemharjo, Gua Platar di Platarejo, Gua Song Putri di Eromoko, dan Gua Putri Kencana di Wonodadi Pracimantoro.

Di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro - yang menjadi pusat penelitian kawasan karst - terdapat puluhan gua yang unik dan menakjubkan. Di sana terdapat Gua Tembus, Gua Mrica, Gua Sodong, Gua Potro, Gua Sapen, dan Gua Gilap. Berdasarkan penelitian para ahli sejarah dan geologi, kawasan gua-gua di Pracimantoro Wonogiri layak dijadikan sebagai MUSEUM KAWASAN KARS INDONESIA.

Kawasan karst di Pracimantoro dinilai terbaik oleh para ahli sejarah dan geologi karena telah memenuhi kriteria keberagaman gua-gua, struktur lapisan tanah, dan panorama alam yang khas. Kawasan karst di wilayah ini dinilai lebih baik daripada kawasan karst yang ada di Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Gunung Kidul.

Kawasan karst di Pracimantoro Wonogiri – dengan ciri khas beragam gua-gua dan panorama alam yang indah ini - kelak akan dijadikan sebagai tempat penelitian ilmiah dan wisata alam yang tiada duanya di Indonesia, bahkan di dunia. Tempat-tempat itu sangat bagus untuk dikunjungi oleh kalangan peneliti, wisatawan, dan pecinta alam.

PANORAMA KARAMBA APUNG DI WADUK GAJAHMUNGKUR

PANORAMA KARAMBA APUNG DI WADUK GAJAHMUNGKUR

WADUK GAJAHMUNGKUR WONOGIRI

Jumlah aliran sungai di Wonogiri mencapai 70 buah. Banyaknya aliran sungai memungkinkan hadirnya pembangunan bendungan (dam) dan waduk-waduk yang memberikan manfaat multifungsi.

Waduk-waduk yang ada berjumlah 12 buah, satu di antaranya adalah Waduk Gajah Mungkur – bangunan waduk terbesar. Bendungan irigasi (dam) yang ada di Wonogiri tercatat sebanyak 1.374 buah.


Waduk Gajah Mungkur termasuk bangunan legendaris. Selain menenggelamkan 51 desa di 7 wilayah kecamatan, sebanyak 21.525 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 60.000 jiwa terpaksa dipindahkan dengan sistem transmigrasi “Bedhol Desa” ke daerah Sitiung, Sumatra Barat dan Rimbo Bujang, Jambi. Waduk ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 November 1981.


Pada hari Minggu dan musim liburan sekolah kawasan Waduk Gajah Mungkur banyak dikunjungi oleh wisatawan sebagai tempat rekreasi yang nyaman dan indah. Di kawasan ini sering digelar lomba gantole, road race, dan kini mulai digalakkan lomba dayung. Berbagai atraksi seni, jamasan pusaka Mangkunegaran, dan arena hiburan keluarga selalu digelar di objek wisata Sendang Asri.


Di sekitar waduk terdapat banyak rumah makan yang menawarkan menu spesial ‘Nila Bakar’ sebagai cirikhas hasil budidaya nelayan. Sebut saja kawasan Cakaran yang terdapat puluhan petani ikan dengan system karamba apung. Hasil budidaya ikan ini selain untuk mencukupi kebutuhan lokal, juga sudah diekspor ke luar negeri. Hasil tangkapan ikan nelayan Wonogiri sudah menyebar ke berbagai daerah seperti Jogjakarta, Pacitan, Solo, Semarang, bahkan Surabaya.

GADIS-GADIS MANDI DI TELAGA GEDONG

GADIS-GADIS MANDI DI TELAGA GEDONG

BIASA MANDI DI TELAGA

Kawasan kars di Wonogiri selatan terdapat di Kecamatan Pracimantoro, Eromoko, Paranggupito, Giritontro, dan Giriwoyo. Kawasan ini berciri khas banyak memiliki gua-gua berstalaktit dan stalakmit dengan nilai alami yang menarik. Di antaranya Gua Ngantap di Bayemharjo, Gua Platar di Platarejo, Gua Song Putri di Eromoko, dan Gua Putri Kencana di Wonodadi Pracimantoro.

Secara geografis, Kabupaten Wonogiri selalu dihadapkan dengan dua tantangan alam yang cukup berat. Pertama, kecilnya peranan hulu sungai Bengawan Solo untuk mengairi sawah di daerahnya sendiri. Kedua, kondisi alam yang sebagian besar didominasi oleh pegunungan terjal dan gersang. Hubungan kemasyarakatan antardesa dan kecamatan banyak dibatasi oleh lembah pegunungan batu.

Di Wonogiri selatan terdapat 109 telaga alam dengan luas sekitar 117,5 hektar. Potensi telaga alam ini dijadikan tumpuan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari bagi penduduk. Mereka yang mayoritas mata pencahariannya sebagai petani selalu mengandalkan telaga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penduduk memanfaatkan telaga untuk memancing, mandi, mencuci, minum ternak, dan lainnya.

Sayangnya, air telaga di kawasan kars Pracimantoro banyak tercemar oleh limbah rumah tangga, pemakaian bahan kimia dalam pertanian, dan tempat berjangkitnya beraneka jenis kuman penyakit. Air yang tercemar itu sangat berbahaya bagi kesehatan bila kita mengkonsumsinya. Keadaan ini diperparah lagi dengan adanya telaga-telaga yang kering kerontang setiap datang musim kemarau.

Telah menjadi langganan bahwa datangnya musim kemarau membuat penduduk di Wonogiri selatan seperti Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, dan Giriwoyo selalu kekurangan air bersih. Untuk memperoleh air bersih, penduduk harus membeli air tangki yang harganya berkisar Rp 80 ribu hingga Rp 150 ribu. Tak jarang mereka terpaksa menjual binatang ternak dan barang-barang rumah tangga untuk sekadar membeli air.

SOSOK MANUSIA PURBA

SOSOK MANUSIA PURBA

KARAKTERISTIK ORANG WONOGIRI

Seperti diketahui dalam data sejarah, Mangkunegara I dalam mengendalikan kerajaanya membagi sifat penduduk daerah Wonogiri menjadi 5 daerah karakter. Meliputi antara lain sebagai berikut :

1. Daerah NGLAROH [wilayah Wonogiri bagian utara, diantaranya mencakup wilayah kecamatan Selogiri], memiliki karakteristik BANDOL NGROMPOL. Artinya sifat masyarakat di Nglaroh ini pada umumnya kuat rokhani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol. Sifat mereka ini sangat positif dalam kaitan menggalang kesatuan dan persatuan. Mereka juga bersifat pemberani , suka berkelahi, membuat keributan yang jika mampu memanfaatkan potensi masyarakat Nglaroh ini, akan menjadi semacam kekuatan dasar yang kuat demi perjuangan.

2. Daerah SEMBUYAN. Meliputi daerah Wonogiri bagian selatan [ sebagian daerah ini telah tenggelam ke dalam genangan waduk gajah mungkur ]. Masyarakat Sembuyan ini memiliki karakter sebagai KUTUK KALUNG KENDHO. Masyarakat di Sembuyan ini, lebih bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau bersifat masyarakat PATERNALISTIK. Karena itu, ketika pemerintah Orde Baru membangun waduk gajah mungkur seluas 8.800 ha yang menenggelamkan 51 desa di 7 wilayah kecamatan serta harus memindahkan 60 ribu jiwa penduduknya, hampir tak menemui kendala yang cukup berarti.

3. Daerah WIROKO. Wilayah ini meliputi kali wiroko dan sekitanya atau berada di bagian tenggara wilayah Kabupaten Wonogiri atau tepatnya di wilayah kecamatan Tirttomoyo dan sekitarnya. Masyarakat Wiroko ini memiliki karakteristik sebagai KETHEK SERANGGON. Seperti layaknya kera, suka hidpu bergerombol. Tapi memiliki sfat sulit diatur, mudah tersinggung dan agak longgar dalam tata krama sopan santun. Jika didekati mereka adakalany bersifat kurang mau menghargai, tetapi jika dijauhi mereka sakit hati. Orang jawa mengatakan mereka itu lebih bersifat masyarakat yang gampang-gampang angel [gampang-gampang sulit].

4. Daerah KEDUWANG. Meliputi daerah Wonogiri bagian timur. Karakter masyarakatnya dikenal sebagai LEMAH BANG GINEBLEGAN. Yakni bagai tanah liat yang bisa menjadi padat jika ditepuk-tepuk. Masyarakat ini suka berfoya-fffoya, boros dan agak sulit untuk diperintah. Tapi bagi pemimpin yang mampu memahmi sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, sebenarnya mereka akan menjadi mudah diarahkan demi tujuan positif.

5. Daerah HONGGOBAYAN. Mencakup wilayah Wonogiri bagian timur laut, yang sebagian diantaranya kini telah masuk wilayah kabupaten Karanganyar, masyarakat Honggobayan memiliki sifat layaknya ASU GALAK ORA NYATHEK. Ibarat anjing galak [ suka menggonggong ] tapi tidak menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras bahkan menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, sehingga ada kesan , mereka sepintas memang menakutkan. Namun demikian sebenarnya mereka baik hati. Perintah apapun dari pemimpinannya akan dikerjakan dengan baik.

Entri Populer

PEMAIN SENI SRANDUL

PEMAIN SENI SRANDUL

SRANDUL BUKAN SENI JADUL

Kesenian Srandul termasuk jenis drama tari. Bahkan, Srandul adalah wadah berkesenian sekaligus media kritik sosial atas menganganya disparitas sosial (baca: ketidakadilan) dan karut-marutnya kehidupan. Tema-tema yang diangkat pun seputar persoalan-persoalan kerakyatan seperti pertanian, kesejahteraan, kebersamaan, kemakmuran, dan kebijakan pasar atau ekonomi. Dilihat dari ceritera yang biasa dipentaskan terdapat perbedaan antara daerah yang satu dengan yang lain.

Di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, Seni Srandul masih dilestarikan oleh penduduk setempat. Ceritera yang dapat dimainkan oleh kesenian Srandul adalah ceritera rakyat yang tidak terbatas pada kisah tokoh tokoh tertentu saja, akan tetapi di daerah lainnya kesenian Srandul ini hanya mementaskan ceritera rakyat dengan tokoh Dadung Awuk saja, sehingga hampir sama dengan kesenian Dadung Awuk.

Meskipun demikian alat-alat musik yang dipergunakan dan tehnis penyajiannya adalah seragam.
Untuk mementaskan pertunjukan Srandul dibutuhkan pendukung sebanyak 15 orang, yaitu 6 orang untuk menjadi pemusik dan 9 orang menjadi pemain.

Pemain Srandul ini ada yang terdiri dari pria dan wanita, tetapi ada pula yang hanya terdiri dari pria saja, dengan peran wanita dimainkan oleh pria. Kostum yang dipakai dalam pertunjukan Srandul adalah pakaian-pakaian yang biasa dikenakan orang-orang pedesaan sehari-hari, ditambah dengan sedikit make up yang bersifat realis.

Dialog di atas pentas juga merupakan dialog dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan aktivitasnya diwujudkan dengan tarian. Alat-alat musik yang dipergunakan adalah angklung, terbang dan kendang.

Pertunjukan Srandul dipentaskan pada malam hari, dengan lama pertunjukan yang tidak tentu, tergantung pada permintaan. Sebagai pra-tontonan hanya diberikan tetabuhan. Srandul menggunakan tempat pementasan berbentuk arena dengan alat penerangan yang sampai sekarang tetap dipertahankan, yaitu obor.

PLINTENG SEMAR DI KOTA WONOGIRI

PLINTENG SEMAR DI KOTA WONOGIRI

LEGENDA PLINTENG SEMAR

Pernahkah kalian mendengar nama Plinteng Semar? Plinteng Semar adalah sebuah batu gunung yang ukurannya cukup besar. Kira-kira tiga kali ukuran gajah. Batu tersebut bersandar pada sebatang pohon asam. Letaknya berada di Wonogiri kota, namanya Taman Selo Padi. Legenda tentang Plinteng Semar adalah sebagai berikut.

Semar Bodronoyo sebenarnya adalah dewa. Akan tetapi, Semar memilih jalan hidup sebagai kaum sudra papa. Hidup Semar dan ketiga anaknya selalu digunakan untuk mengabdi kepada para Pandawa. Mereka disebut punakawan yang terdiri dan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Punakawan selalu ceria, meskipun dalam keadaan susah.

Pada suatu ketika, setelah perang Baratayuda, para Pandawa bermaksud menyucikan diri di Grojogan Sewu Tawangmangu. Semar beserta anak-anaknya berkewajiban menjaga agar para Pandawa tidak diganggu oleh orang jahat.

Malam itu bulan purnama. Langit cerah tiada awan Sedikit pun. Cahaya bulan menerobos sela-sela daun cemara. Grojogan Sewu seperti siang hari. Anak-anak Semar sudah pulas tertidur.

Semar sendiri sebenarnya juga merasakan kantuk yang luar biasa. Akan tetapi, sebagal dewa Ia bisa menahannya. Ia sadar datangnya rasa kantuk itu bukan sewajarnya. Ini pertanda adanya orang jahat yang akan mengganggu para Pandawa dalam menyucikan diri.

Semar membangunkan anak-anaknya.

“Bangun semua. Kamu disuruh jaga malahan enak-enakan tidur!”

“Ngantuk, Mo...,” jawab Gareng.

“Tanggung, Mo. Sedang mimpi indah. . . ,“ sambung Bagong.

“Segeralah bangun. Romo mendapat isyarat akan datang bahaya.”

“Bahaya? Bukankah perang telah selesai?” tanya Petruk.

“Betul. Perang memang sudah selesai. Namun, yang namanya bahaya itu bukan dari perang saja,” jawab Semar.

“Kalau bukan akibat perang, lalu apa?” tanya Petruk lagi.

“Makanya jangan pejamkan mata terus. Berjagalah kalian, saya akan mengusir musuh di balik pepohonan itu!” kata Semar kemudian meloncat pergi.

Semar berhadapan dengan sosok yang besarnya bagaikan gunung. Sosok tersebut adalah raksasa penghuni Grojogan Sewu yang akan memakan para Pandawa.

“Hai, hentikan. Jangan kauteruskan niat jahatmu itu!” Semar mencegah raksasa yang akan mencaplok Raden Sadewa.

“Hua, ha, ha, ha.... Orang tua bangka berani mencegahku, siapa dirimu?” tanya raksasa penghuni Grojogan Sewu.

“Saya Semar yang menjaga para kesatria itu. jika kamu akan makan mereka, lebih baik makanlah dulu saya” kata Semar.

“Baiklah kalau begitu. Saya makan dulu kamu, ha, ha, ha...!”

“Terimalah ini!” kata Semar sambil melancarkan serangan.

Terjadilah perkelahian antara Semar dan raksasa. Keduanya sama-sama sakti mandraguna. Tiba-tiba Semar terkena hantaman raksasa itu. Tubuhnya terhuyung dan jatuh tengkurap. Akan tetapi, ketika raksasa itu ingin menendang, Semar berhasil menghindar. Serangan raksasa semakin membabi buta. Beberapa kali tubuh Semar terkena tendangan. Tubuh tua itu remuk redam.

Semar menyingkir dan menyusun kekuatan. Baru kali ini dia mengalami kekalahan yang sangat menyakitkan. Ia harus kalah dengan seorang raksasa.

“Hai di mana engkau tua bangka? Ayo hadapi raksasa penguasa Grojogan Sewu ini!” raksasa berteriak mencari Semar.

Mendengar tantangan itu Semar kembali bangkit. Ia menyusun kekuatan dan akan mengandalkan senjata pamungkasnya berupa kentut.

“Hai raksasa jahat. Sekarang rasakan senjataku ini! teriak Semar sambil mengeluarkan kentutnya yang terkenal dahsyat. Konon, kedahsyatan kentut Semar bisa meruntuhkan gunung atau mengeringkan lautan. Apabila ada seseorang yang terkena kentut itu, pasti hancur berantakan bagaikan tepung.

“Ayo keluarkan semua senjatamu!” tantang raksasa itu.

“Bersiaplah untuk pergi ke akhirat!” kata Semar sambil siap-siap melepaskan senjata kentut andalannya.

Akan tetapi, raksasa itu malahan tertawa terbahak-bahak. Kentut Semar tidak mengenai tubuh raksasa itu. Kentut itu melesat jauh ke puncak Gunung Lawu dan menghantam sebuah batu besar. Akibatnya, batu itu runtuh dan hampir mengenai tubuh raksasa. Raksasa menghindar karena takut pada batu parang itu. Ia lari tunggang langgang.

Melihat musuhnya lari, Semar segera mengejarnya. Terjadilah peperangan di udara. Keduanya saling menerkam dan saling mencakar. Akan tetapi, belum ada tanda-tanda yang menang di antara keduanya.

Kemudian Semar mencari akal. Ia kembali ke Grojogan Sewu. Lalu ía membuat plinteng (ketapel) dari pohon asam.

“Romo ini memang aneh, sudah tua masih suka bermain plinteng,” kata Bagong.

“Maklum, masa kecil tidak bahagia,” sambung Petruk. “Apa yang berhak bermain plinteng itu hanya anak-anak?” sergah Gareng berusaha membela Semar.

“Biarkan mereka ngoceh seperti burung, Reng,” kata Semar.

“Kalau tidak mau dikatakan sebagai anak kecil, lebih balk plinteng itu diberikan kepada saya. Nanti akan saya berikan kepada Bawor.”

“Romo Semar itu bukan membuat mainan, tetapi membuat senjata,” ujar Gareng.

“Senjata? Ha, ha, ha.... Kentut Romo yang terkenal bagaikan bom atom saja tidak bisa mengalahkan raksasa itu. Apa plinteng bisa mengalahkannya?” tanya Bagong.

“Begini, Gong. Senjata saya sudah tidak mempan di tubuh raksasa itu. Namun, saya melihat ketika raksasa itu hampir kejatuhan batu, ia lari tunggang langgang.”

“Jadi, raksasa itu akan Romo plinteng pakai kerikil?” tanya Petruk.

“Makanya jangan suka meremehkan kalau belum paham,” kata Gareng.

“Ini bukan plinteng sembarang plinteng,” kata Semar.

“Maksud Romo?” tanya Petruk. (AGUS)

Total Tayangan Halaman

Translate